Dancehall adalah salah satu genre musik pop Jamaika. Sebagai versi reggae yang kurang kental, dancehall juga mengangkat topik-topik seperti politik dan agama, namun tidak begitu secara langsung seperti halnya irama roots yang diasosiasikan dengan Gerakan Rastafari dan telah mendominasi sebagian besar dekade 1970-an. Pada pertengahan 1980-an, alat musik makin menjadi lumrah hingga banyak mengubah warna musik reggae, sementara dancehall digital (atau disebut "ragga") makin ditandai oleh ciri khas berupa ritme yang lebih cepat. Pada pertengahan 1990-an sejalan dengan kepopuleran artis-artis dancehall BoboShanti seperti Sizzla dan Capleton berkembanglah hubungan yang sangat erat antara dancehall dan Rastafari.
Musik dancehall telah menjadi sasaran kritik oleh sejumlah tokoh dan organisasi internasional karena lirik lagu yang dipenuhi kekerasan dan kadang-kadang antihomoseksual. Meskipun demikian, tema-tema lirik sebetulnya telah lebih bervariasi dan tidak hanya terbatas pada slackness dan kekerasan.
Genre musik ini dijuluki dancehall karena berasal dari rekaman musik pop Jamaika yang dimainkan di aula-aula dansa (bahasa Inggris: dance hall) oleh grup musik lokal yang disebut sound system.
TEMPO Networks termasuk di antara stasiun televisi yang sering menyiarkan musik dancehall.
Sejarah
Perubahan sosial dan politik di Jamaika pada akhir 1970-an tercermin pada pergeseran selera yang makin menjauh dari roots reggae yang lebih berorientasi internasional ke arah gaya musik yang lebih ditujukan untuk konsumsi lokal, serta selaras dengan musik yang dialami orang Jamaika ketika mendengar grup sound system tampil dalam pertunjukan live. Pemerintah People's National Party (PNP) pimpinan Michael Manley yang sosialis telah digantikan oleh Edward Seaga dari Jamaica Labour Party (JLP) yang berhaluan sayap kanan. Tema-tema mengenai ketimpangan sosial, repatriasi, dan gerakan Rastafari digantikan dengan lirik mengenai tari, kekerasan, dan seksualitas.
Secara musikal, ritme-ritme usang dari akhir 1960-an didaur ulang dengan menyebut Sugar Minott sebagai perintis tren setelah Minott sewaktu bekerja sebagai musisi studio menyanyikan lirik baru untuk ritme-ritme lagu Studio One di waktu luang antara dua sesi rekaman. Sekitar waktu yang bersamaan, produser Don Mais sedang mengerjakan ritme-ritme lama di Channel One Studios dibantu oleh band Roots Radics. Roots Radics nantinya berkolaborasi dengan Henry "Junjo" Lawes untuk menciptakan rekaman-rekaman awal musik dancehall yang penting, termasuk lagu-lagu yang dibawakan bintang-bintang reggae utama seperti Barrington Levy, Frankie Paul, dan Junior Reid. Penyanyi lain yang muncul sebagai bintang besar pada masa-masa awal dancehall termasuk di antaranya Don Carlos, Al Campbell, dan Triston Palmer, penyanyi yang sudah mapan seperti Gregory Isaacs dan Bunny Wailer berhasil ikut beradaptasi.
Grup sound system seperti Killimanjaro, Black Scorpio, Gemini Disco, Virgo Hi-Fi, Volcano Hi-Power, dan Aces International segera mengikuti warna musik yang baru, dan menghadirkan gelombang baru para deejay. Artis toaster yang lebih tua digantikan oleh bintang-bintang baru seperti Captain Sinbad, Ranking Joe, Clint Eastwood, Lone Ranger, Josey Wales, Charlie Chaplin, General Echo, dan Yellowman. Perubahan tersebut tercermin dalam album A Whole New Generation of DJs yang diproduksi oleh Junjo Lawes pada tahun 1981. Meskipun demikian, sebagian artis mengikuti U-Roy untuk mencari inspirasi. Rekaman-rekaman yang dibuat para deejay untuk pertama kalinya dalam sejarah menjadi lebih penting daripada rekaman yang menampilkan para penyanyi. Tren baru lainnya adalah album-album yang menampilkan sound clash, yakni album berisi lagu-lagu dari rival deejay yang saling bersaing atau grup-grup sound system yang berlomba satu lawan satu untuk memenangi apresiasi para pendengar dalam suatu pertunjukan live. Kaset-kaset sound clash keluaran underground sering mendokumentasikan kekerasan yang timbul akibat persaingan tersebut.
Dua bintang deejay terbesar dari era awal dancehall adalah Yellowman dan Eek-a-Mouse, keduanya lebih memilih humor daripada kekerasan. Yellowman menjadi deejay Jamaika pertama yang dikontrak oleh sebuah label rekaman Amerika Serikat, dan untuk sementara waktu di Jamaika dapat menikmati tingkat popularitas yang dapat menyaingi masa kejayaan Bob Marley.Para deejay wanita juga mulai bermunculan pada awal dekade 1980-an, termasuk di antaranya: Sister Charmaine, Lady G, Lady Junie, Junie Ranks, Lady Saw, Sister Nancy, dan Shelly Thunder.
Dancehall menghadirkan generasi baru para produser seperti Junjo Lawes, Linval Thompson, Gussie Clarke, dan Jah Thomas yang mengambil alih peran para produser yang telah mendominasi di era tahun 1970-an.
Dunia musik reggae dancehall dikejutkan oleh lagu hit tahun 1985 dari King Jammy, "(Under Me) Sleng Teng" yang dibawakan oleh Wayne Smith dengan memakai ritme yang sepenuhnya digital. Lagu "(Under Me) Sleng Teng" dari Wayne Smith sering disebut sebagai lagu reggae pertama yang memakai ritme dari kibor Casio MT-40. Namun klaim tersebut tidak sepenuhnya tepat karena sebelumnya sudah ada contoh-contoh lagu dengan ritme digital, misalnya singel Horace Ferguson berjudul "Sensi Addict" (Ujama) yang diproduseri oleh Prince Jazzbo pada tahun 1984.[rujukan?] Ritme "Sleng Teng" nantinya dipakai oleh artis-artis lain untuk lebih dari 200 rekaman berikutnya. Lagu-lagu dancehall yang menonjolkan dendang sang deejay dengan pengiring berupa musik synthesizer telah beranjak jauh dari konsepsi hiburan musik pop Jamaika.
Penyair dub Mutabaruka pernah berkata, "Kalau reggae 1970-an [berwarna] merah, hijau, dan emas, maka pada dekade berikutnya adalah rantai emas." Dancehall sudah jauh tercabut dari akar dan budaya reggae yang lembut, dan bahkan sudah terjadi perdebatan di kalangan penggemar sejati mengenai tempat genre musik ini di dalam musik reggae.
Perubahan tersebut menghadirkan generasi baru para artis, di antaranya: Buccaneer, Capleton, dan Shabba Ranks yang kemudian terkenal sebagai bintang ragga. Sejumlah produser baru juga menjadi terkenal, misalnya: Philip "Fatis" Burrell, Dave "Rude Boy" Kelly, George Phang, Hugh "Redman" James, Donovan Germain, Bobby Digital, Wycliffe "Steely" Johnson and Cleveland "Clevie" Brown (alias Steely & Clevie). Mereka bangkit untuk menantang posisi Sly & Robbie. Para deejays makin memusatkan perhatian pada kekerasan dengan tokoh-tokoh utamanya seperti Bounty Killer, Mad Cobra, Ninjaman, dan Buju Banton.
Sebagai pelengkap suara deejay yang kasar berkembang pula gaya vokal "sweet sing" yang berkembang dari roots reggae dan R&B, serta ditandai oleh falsetto dan intonasi yang hampir feminin. Pinchers, Cocoa Tea, Sanchez, Admiral Tibet, Frankie Paul, Half Pint, Conroy Smith, Courtney Melody, Carl Meeks, dan Barrington Levy termasuk di antara para artis yang mencobanya.
Lagu-lagu yang dirilis pada awal 1990-an seperti "No, No, No" dari Dawn Penn, "Mr. Loverman" dari Shabba Ranks, "Worker Man" dari Patra, dan "Murder She Wrote" dari Chaka Demus and Pliers berhasil menjadi hit besar di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Variasi lain dari dancehall juga sukses di luar Jamaika dari pertengahan hingga akhir 1990-an. Tanya Stephens mencuat sebagai artis wanita berpengaruh pada akhir 1990-an dengan lagu hit "Yuh Nuh Ready Fi Dis Yet".
Pada awal dekade 2000-an, Elephant Man and Sean Paul berhasil mencapai sukses di Amerika Serikat, dan menghasilkan sejumlah lagu hit Top 10 Billboard, termasuk "Gimme the Light", "We Be Burnin'", "Give It Up To Me", dan "Break It Off" (duet bersama Rihanna). Sean Paul juga telah memiliki beberapa singel nomor satu, di antara: "Get Busy", "Temperature", dan "Baby Boy" (duet bersama Beyoncé).
VP Records mendominasi pasar musik dancehall dengan artis-artis seperti Sean Paul, Elephant Man, and Buju Banton. VP sering bekerja sama dengan label rekaman mayor seperti Atlantic dan Island dalam usahanya memperluas distribusi, terutama di pasar Amerika Serikat.