Musik reggae memang tak selaris pop alternatif atau pop Melayu. Namun, pasar ini tetap ada. Kalau momentumnya tepat, pasti akan meledak dan bisa bersaing dengan genre lain dalam konteks industri. Ini yang diyakini oleh Ras Muhamad, Duta Reggae Indonesia.
Album perdananya Reggae Ambassador, dirilis secara indie Januari 2007, seakan memposisikan Ras Muhamad sebagai alias Duta Reggae Indonesia. Hal ini karena secara psikologis Ras Muhamad mengemban beberapa misi, berkaitan dengan musik reggae di tanah air.
“Saya ingin memberi pencerahan kepada masyarakat pada umumnya bahwa musik Reggae dan rambut gimbal tidak identik dengan ganja dan gaya hidup santai tak tentu arah. Sesuai dengan kultur yang dibawa reggae, sebenarnya musisi reggae dan pecinta regage harus berpikir jernih dan memiliki wawasan,” ujar Ras.
Di negara asalnya, lagu reggae memiliki lirik yang sarat pesan dan kritik sosial. Karena itu, bukan sifat reggae jika tidak peduli dan masa bodoh dengan keadaan lingkungan, ketimpangan sosial dan ketertindasan. Reggae sejati punya sifat setia kawan, tidak menang sendiri, tidak merugikan orang lain, dan hal positif lainnya.
“Kedua, saya juga ingin agar penikmat musik reggae, ataupun musikus yang gemar memainkan genre reggae, menambah dan memperluas wawasan tentang perkembangan dunia reggae yang up-dated di kancah internasional. Kini sudah mulai meningkat,” ujar pemuda kelahiran Jakarta, 29 Oktober 1982 ini.
Pada awal-awalnya, menurut Ras Muhamad, dia prihatin melihat keadaan musik reggae di tanah air yang stagnan dan kurang berkembang. Pecinta musik reggae dan musisinya seperti terkungkung dalam pandangan dan keterbatasan referensi bahwa musik reggae ya hanya ada Bob Marley.
“Padahal, di luar sana banyak musisi reggae lain. Setelah Bob Marley meninggal, dunia reggae terus maju dan berkembang. Muncul ikon-ikon baru seperti Anthony B, Sizzla, Dennis Brown, Capleton, bahkan putra Bob Marley sendiri, yaitu Damian Marley yang pernah menyabet Grammy Award pada tahun 2004 lewat lagu, JamRock. Menurut saya, suatu generasi tak akan mampu menjadi dirinya sendiri jika semangat yang melekat dalam jiwa adalah Bob Marley wanna be atau plagiatisme, tidak peduli dengan dunia luar,” lanjutnya.
Ketiga, menurut Ras Muhamad, ini yang sering banyak orang salah persepsi. Harus dibedakan antara reggae dan rasta. Reggae hanyalah sebatas genre musik, sedang Rasta adalah sebuah pandangan atau falsafah hidup. Seorang Rastafarian sejati menjalani hidup bersih (bersih dari minuman keras, tidak merokok apalagi ngisap ganja, tidak memakan daging hewani, tidak melukai badan sendiri dengan tindik ataupun tatoo), memperbanyak perenungan, meningkatkan rasa spiritual melalui puasa dan meditasi agar lebih kenal siapa Sang Pencipta.
“Penikmat maupun artis reggae tidak otomatis dan tidak selalu menjalani falsafah Rasta. Sebaliknya seorang rasta tidak selalu penikmat musik reggae. Musik ya musik, nikmatilah musiknya, nikmatilah reggae tanpa harus membawa embel-embel Ras Tafari, agar kita tidak malu karena selama ini telah keblinger dan keliru dengan makna yang sesungguhnya,” jelas Ras Muhamad.
Reggae Bisa Masuk Mainstream
Reggae memang tak bisa dipandang sebelah mata lagi. Begitu masuk ke tanah air sekitar tahun 80-an, perkembangan musik reggae di Indonesia terus naik meski perlahan. Musik reggae pun masuk ke arena mainstream dipelopori oleh Tony Q Rastafara, kemudian tahun 92-95 ada Imanez dengan lagunya Anak Pantai. Setelah agak vakum (dalam artian di mayor label), reggae muncul lagi lewat Steven and Coconutrezz dan Mbah Surip dengan Tak Gendong.
“Fakta itu membuktikan, meski reggae segmented namun pangsanya ada. Sekarang bagaimana para musisi reggae menjaga momentum itu. Kalau didiamkan saja, akan hilang lagi. Makanya, selain kita kuatkan pondasi, para musisi reggae harus aktif berkarya dan terus membombardir pasar,” ujar Ras Muhammad.
Namun, langkah ini memang tak semudah membalik telapak tangan. Hal ini disadari betul oleh Ras Muhammad. Secara kuantitas dan kualitas, musik reggae di Indonesia cukup bagus. Namun tidak terekspose dengan luas. Kenapa? “Karena reggae masih segmented, sehingga tak banyak media yang menyebarluaskan. Makanya, reggae perlu media khusus untuk berpromosi,” katanya.
Sejauh ini, promosi hanya dilakukan secara bawah tanah melalui komunitas-komunitas reggae yang ada. Sehingga, penyebarluasannya kurang. “”Secara komunitas sebenarnya banyak. Tak hanya Jakarta, di daerah, komunitas reggae juga ada. Malah mereka lebih solid. Kedepannya, saya pribadi ingin mengajak mereka untuk sharing, diskusi, memajukan musik reggae di Indonesia,” lanjut Ras Muhammad.
Salah satu langkah untuk memajukan musik reggae yang dilakukan Ras Muhammad yakni melalui acara yang dipandunya, Jamaican Sound di Radio Mustang. Acara seminggu sekali tiap malam Rabu ini sudah berjalan selama 5 tahun. Selain memutar lagu-lagu reggae juga berisi info-info up date reggae, apa yang sedang terjadi di dunia reggae Indonesia maupun internasional. “Aku belum lama megang acara ini. Intinya selain memang kebutuhan pendengar dan radio, aku juga punya misi untuk lebih menyebarluaskan reggae,” lanjut Ras.
Siapa Sih Ras Muhamad?
Sosok Ras Muhamad terkesan sederhana. Tak ada ‘bau’ luar negeri meski sejak kanak-kanak, tahun 1993 sampai Juli 2005, tinggal di New York, Amerika. Nama aslinya adalah Muhamad Egar. Darimana nama Ras itu muncul?
Ras berasal dari bahasa Amharik berarti Prince, Pangeran, Putera Bangsawan. Kata ini tersebar penggunaannya di daerah Jamaika, dan pada perkembangannya Ras menjadi istilah sapaan akrab, yang artinya kira-kira Mas, Gus atau Bung. Sebutan ini semula dipakai teman-temannya sesama musisi reggae asal Jamaika di New York untuk menyapa Muhamad Egar, karena nama Egar susah diucapkan oleh lidah asing. Secara resmi ia mengadopsi panggilan itu, menjadi Ras Muhamad.
Musik reggae identik dengan rambut gimbal dan konsumsi ganja. Soal ini, Ras Muhamad punya pendapat sendiri. “Musisi reggae nggak harus gimbal, ada kok yang botak. Terus mengenai pemakaian ganja, itu tergantung individu masing-masing,” ujar Ras yang menggimbal rambutnya sejak tahun 1999, dan kini sudah sepanjang pantat.
Perjalanan musikalnya berawal sejak menjelang remaja di Queens, New York. Pernah membentuk band rock, juga dute rap/hip hpo, sekitar tahun 2003, Ras Muhamad menemukan ciri-nya. Dia mencampurkan cool reggae melodies & rhythmic rap dalam style vokalnya. Perubahan itu proses alami bagi Ras, karena dipengaruhi Rap-nya Public Enemy, Alternative-nya Nirvana, Terror Fabolous-nya Buju Banton yang berwarna Dancehall Reggae, serta Metal-nya Slayer.
Tahun-tahun terakhirnya di Amerika, Ras Muhamad belajar langsung dari musisi reggae asal Jamaika yang tinggal di Brooklyn, yang memutar piringan hitam/dubplates (vinyl) di Perusahaan Brooklyn Sound Systems. Tahun 2005, Ras Muhamad merilis album Declaration of Truth yang diedarkan di New York. Tahun itu juga dia kembali ke Indonesia. Tahun 2007 dia mengeluarkan album pertama Reggae Ambassador, tahun 2010 album kedua Next Chapter.
Soekarno, Haile Selassie & Kemandirian
Ada yang menarik dari pandangan Ras Muhammad. Menurutnya, pemikiran Presiden pertama Indonesia Soekarno banyak persamaan dengan pemikiran dari Haile Selassie, tokoh pemimpin Rastafari, yang merupakan Kaisar Ethiopia. Ketika Ras Tafari Makonnen dinobatkan sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, dan bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Marcus Garvey (pendeta kulit hitam) menganggap Ras Tafari sebagai sosok pembebas kaum kulit hitam dari pendindasan kulit putih.
Mereka juga menganggap Ethiopia sebagai Zion (tanah damai bak surge) bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran Garvey ini menjadi religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie sebagai sosok yang di-tuhan-kan.
Ras menjelaskan, ideologi Rastafari dan ajaran Bung Karno secara substansial sama. Sama-sama menyatakan; kita bukan bangsa budak, bukan bangsa kuli. Rastafari selalu menyerukan perlawanan terhadap kaum babilon. Babilon sebutan untuk kaum kapitalisme dan imprealisme.
Bung Karno juga menyatakan Indonesia harus berdikari, berdiri di kaki sendiri. Haile Selassie pun menyatakan perlunya bangsa kulit hitam mandiri, mengangkat derajatnya sendiri sehingga tidak menjadi bangsa budak. Konsep Bung Karno dengan NKRI (negara Kesatuan republik Indonesia)-nya, juga sama dengan konsep yang dicita-citakan Haile Selassie mempersatukan Afrika yakni Organisasi Kesatuan Afrika (the Organization of African Unity).
“Bung Karno dan Haile Selassie punya hubungan dekat. Semua berkaitan dengan pergerakkan jiwa revolusioner negara-negara berkembang . Bung Karno mengadakan KAA (Konferensi Asia-Afrika) dan Haile Selassie pun hadir dalam konferensi di Bandung itu,” kata Ras. Anggara
Sumber : Nagaswara : 13/12/2010