JAKARTA, KOMPAS.com -- Dedengkot reggae Indonesia, Tony Waluyo Sukmoasih atau dikenal sebagai Tony Q Rastafara, baru saja merilis album kedelapan, Akustik Kurangtambah. Album berisi 11 lagu ini makin meneguhkan nama Tony sebagai musisi yang mencintai reggae dengan balutan musik tradisional.
”Sudah menjadi komitmen saya ikut mengangkat musik bernuansa etnis. Biar alat-alat musik asli Indonesia dikenal,” kata lelaki kelahiran Semarang, 27 April 1961, ini.
Di belantika musik internasional, publik lebih apresiatif terhadap musik yang menampilkan kekayaan alat tradisional. ”Suling, siter jawa, biola not melayu, kecak, semua musik tradisional layak kita angkat. Band-band reggae di Indonesia juga sudah mulai mengolaborasikan alat-alat musik tradisional,” katanya.
Tony juga puas dengan penjualan album fisik yang termasuk menggembirakan. Walau versi digital bajakan mudah didapat, para penggemar Tony, yang dikenal sebagai Manteman, punya kebanggaan tersendiri jika bisa mendapatkan album fisik, yang sampul depannya dilukis sendiri oleh Tony.
”Teknologi memang tak terbendung. Orang dengan mudah bisa berbagi musik digital di internet. Tetapi, mari kita kembali ke original,” kata Tony. Memiliki album fisik akan punya kenangan dan kebanggaan tersendiri, berbeda dengan lagu digital. (AMR)
”Sudah menjadi komitmen saya ikut mengangkat musik bernuansa etnis. Biar alat-alat musik asli Indonesia dikenal,” kata lelaki kelahiran Semarang, 27 April 1961, ini.
Di belantika musik internasional, publik lebih apresiatif terhadap musik yang menampilkan kekayaan alat tradisional. ”Suling, siter jawa, biola not melayu, kecak, semua musik tradisional layak kita angkat. Band-band reggae di Indonesia juga sudah mulai mengolaborasikan alat-alat musik tradisional,” katanya.
Tony juga puas dengan penjualan album fisik yang termasuk menggembirakan. Walau versi digital bajakan mudah didapat, para penggemar Tony, yang dikenal sebagai Manteman, punya kebanggaan tersendiri jika bisa mendapatkan album fisik, yang sampul depannya dilukis sendiri oleh Tony.
”Teknologi memang tak terbendung. Orang dengan mudah bisa berbagi musik digital di internet. Tetapi, mari kita kembali ke original,” kata Tony. Memiliki album fisik akan punya kenangan dan kebanggaan tersendiri, berbeda dengan lagu digital. (AMR)